Tiga Amalan Baik
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا
بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Kaum
Muslimin Rahimakumullah
Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar,
ada siang dan ada malam. Roda kehidupan dunia juga tidak pernah berhenti.
Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada tangis. Kadang kala dipuji tapi pada suatu saat kita
dicaci. Jangan harapkan ada keabadian dalam perjalanan hidup.
Oleh sebab itu, agar kita tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi
segala kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan
dalam hidup. Tiga amalan baik tersebut adalah Istiqomah, Istikharah dan
Istighfar.
1. Istiqomah. yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam
beribadah.
Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:
Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:
عَنْ أَبِيْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا
رَسُوْلَ اللهِ، قُلْ لِيْ فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً
لاَ أَسْأَلُهُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ
آمَنْتُ
بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ. (رواه مسلم.
“Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku
telah berkata, “Wahai Rasulullah
katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada
orang lain selain engkau. Nabi menjawab, ‘Katakanlah aku telah beriman kepada
Allah kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).
Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan
tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada
persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap
memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia
memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.
Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam
Al-Qur-an surat Fushshilat ayat 30:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)
2.
Istikharah, selalu mohon
petunjuk kepada Allah
dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.
Setiap
orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan
tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut
adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir
berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia
selalu mohon petunjuk kepada Allah.
Nabi Shalallaahu
alaihi wasalam pernah bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة(
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
berkatalah yang baik atau diamlah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow”
(berfikirlah hari ini dan bicaralah esok hari).
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Mengenai
kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallaahu
alaihi wasalam untuk memberikan rambu-rambu kehidupan, beliau bersabda:
أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا
مُحَمَّدًا عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ،
وَأَحْبِبْ
مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقٌ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ. (رواه البيهقي عن جابر)
Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai
Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati,
cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan
lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya.
(HR.Baihaqi dari Jabir).
Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini semakin
penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebebasan, banyak
orang berbicara tanpa logika dan data yang benar, dan bertindak sekehendakya tanpa
mengindahkan etika agama. Para pakar barang kali untuk saat-saat ini, lebih
bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang justru
membingungkan masyarakat.
Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah
kita, agar kita benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan
kekecewaan di kemudian hari.
Nabi
Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam bersabda
مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدِ مَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ.
Tidak akan
rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan
tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)
3.
Istighfar, yaitu selalu
instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati.
Setiap
orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai
sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak
kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati.
Tidak sedikit
persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan
kita sendiri. Saatnya kita instropeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah,
melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh
keridloan Allah.
Dalam persoalan
ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena kemalasan
kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat
pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut,
karena kita kurang bisa melakukan terobosan-teroboan yang produktif, maka kreatifitas
dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.
Akan tetapi
adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami kesulitan.
Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang menumpuk yang belum
bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat satu-satunya
adalah beristighfar dan bertobat.
Allah berfirman yang
mengisahkan seruan Nabi Hud Alaihissalam, kepada kaumnya:
“Dan (Hud)
berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya,
niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”
(QS. Hud:52).
Para Jamaah jum’at yang dimuliakan Allah
Sekali lagi, tiada
kehidupan yang sepi dari tantangan dan godaan. Agar kita tetap tegar dan
selamat dalam berbagai gelombang kehidupan, tidak bisa tidak kita harus
memiliki dan melakukan tiga amalan baik tersebut yaitu Istiqomah, Istikharah
dan Istighfar.
Mudah-mudahan Allah
memberi kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan dengan keimanan dan
rahmatNya yang melimpah. Amin
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا
بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه
نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ
وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ
الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا
وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.